Komunikasi Non Verbal
Komunikasi Non
Verbal merupakan semua aspek komunikasi yang selain menggunakan kata-kata.
Misalnya merupakan gestur tubuh, cara melihat, nada suara dan lain sebagainya.
Komunikasi non verbal juga memiliki beberapa kesamaan dengan komunikasi verbal,
diantaranya komunikasi non verbal bersifat simbolik yang artinya memiliki makna
yang ambigu, abstrak dan sewenang-wenang. Teratur berarti sesuai dengan atura.
Sengaja atau tidak disengaja berarti bisa di rencanakan atau bisa secara tidak
sadar, dan merefleksikan budaya yang berarti komunikasi nonverbal dibentuk dari
ide, gagasan, perasaan, sejarah, kebiasaan budaya.
Selain memiliki
persamaan, komunikasi nonverbal dengan verbal juga memiliki perbedaan. Yang
pertama komunikasi nonverbal cenderung dianggap lebih dipercaya. Pada umumnya
banyak orang lebih mempercayai komunikasi nonverbal. Misalnya, saat kita jatuh
dari motor, lalu kaki kita luka, kita bilang kepada orang-orang kalau dia tidak
apa-apa, tetapi darah terus mengalir. Atau kita melihat teman kita yang putus
hubungan dengan kekasihnya, dia bilang dia tidak merasa sedih tetapi dibelakang
dia menangis.
Yang kedua
komunikasi nonverbal cenderung banyak menyalurkan. Berbeda dengan komunikasi
verbal yang hanya dengan satu saluran saja. Contohnya, suara melewati siaran
radio. Yang ketiga komunikasi nonverbal tidak berhenti. Contohnya, ketika kita
sedang menulis sebuah pengalaman pribadi, atau mengenai perasaan kita, jika
komunikasi verbal kita mulai menulis dan akan ada akhirnya, komunikasi
nonverbal atau gestur tubuh kita akan tetap berlajut.
Prinsip komunikasi
nonverbal ada 4. Yang pertama perilaku nonverbal berinteraksi dengan komunikasi
verbal. Contohnya adalah saat kita mengatakan tidak kepada lawan bicara kita
sambal menggelengkan kepala. Disitu saat kita melakukan komunikasi verbal
dengan mengatakan tidak, bersamaan dengan menggelengkan kepala yang merupakan
komunikasi nonverbal.
Yang kedua ada perilaku
nonverbal mengatur arus komunikasi antara orang-orang. Maksudnya disini adalah dalam berbicara, kita pasti
sudah mengetahui kapan kita harus bicara dan kapan kita membiarkan lawan bicara
kita bicara. Tidak ada orang yang setelah dia selesai bicara, dia berkata
“silahkan bicara”. Kecuali pada saat kita berada dalam rapat, saat kita belum
diperkenankan bicara, kita tidak boleh bicara sampai dipersilahkan.
Yang ketiga ada
dimensi yang disampaikan oleh komunikasi nonverbal. Terdapat tiga dimensi yang
pertama ada responsif. Kuncinya adalah kedekatan diantara kita dengan lawan
bicara kita. Contohnya, saat kita berbicara dengan lawan, saat dia tersenyum
atau saat dia melihat kita secara intens itulah respon yang kita dapatkan. Yang
kedua ada kesukaan. Kesukaan merupakan dampak positif atau negatif yang kita
dapatkan saat berkomunikasi dengan lawan. Contohnya saat lawan kita bertopang
dagu, atau dia terlihat mengerutkan dahi itu menunjukan kesukaan atau tidaknya
lawan bicara kita. Yang ketiga ada kekuatan. Kekuatan ini digunakan saat kita
ingin mempengaruhi seseorang atau mendominasi saat bernegosiasi agar bisa
mencapai target. Contohnya permasalahan status. Tidak heran lagi jika laki-laki
statusnya atau derajatnya lebih tinggi dibandingkan perempuan. Maka dari itu
mereka yang memiliki kekuasaan lebih akan memiliki ruang yang lebih
dibandingkan yang tidak.
Yang keempat ada
pola nonverbal mencerminkan budaya tertentu. Maksudnya adalah proses nonverbal
itu sendiri tidak tercipta berdasar naluri manusia, tetapi berasal dari
sosialisasi budaya yang ada di lingkungannya. Contohnya seperti budaya yang ada
di Indonesia. Saat kita berbicara dengan orang yang lebih dewasa biasanya kita
tidak berani atau tidak kontak mata langsung dengan lawan bicara kita karena
jika kita menatap langsung dengan tegas maka dianggap tidak sopan dan terkesan
melawan. Sedangkan budaya di Amerika, saat kita menatap langsung dengan orang
yang kita ajak bicara dianggap tepat dan demonstrasi jujur pribadi.
Komentar
Posting Komentar