Noviana, Penggerak Kesetaraan Kaum Difabel.


Tidak ada satu orangpun yang dapat hidup sendirian. Itulah mengapa manusia disebut mahluk sosial. Semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Begitu juga dengan kaum difabel. Mereka memiliki hak yang sama untuk hidup sama seperti teman-teman yang lainnya. Banyak orang berfikir bahwa kaum difabel tidak mampu melakukan seperti apa yang orang-orang yang bukan difabel lakukan. Namun kenyataannya, kaum difabel juga mampu berkarya dalam keterbatasan yang mereka miliki. Hanya sedikit orang yang mampu melihat potensi yang dimiliki oleh kaum difabel, dan mampu mengembangkan potensi tersebut. salah satunya adalah Noviana. Wanita yang sudah memiliki tiga orang anak ini tidak hanya mampu melihat potensi kaum difabel, namun mampu mengembangkan potensinya juga.
Berawal karena memiliki anak yang menyandang tuna grahita dan melihat keadaan diluar yang ternyata lebih memprihatinkan dibandingkan keadaannya, wanita yang sudah memiliki tiga anak ini termotivasi untuk berjuang supaya anak-anak difabel lainnya juga merasakan kesetaraan, merasakan kesempatan yang sama dengan yang lainnya, dan bisa mendapatkan tempat di hati masyarakat. Melihat banyaknya anak-anak difabel di kota Semarang sendiri, membuat Noviana termotivasi untuk mengumpulkannya menjadi komunitas yang tidak hanya menampung satu jenis disabilitas saja, namun semua bentuk disabilitas dapat diterima dalam komunitasnya. Maka darisitulah Noviana bersama ketiga teman lainnya Lani Setiadi, Siwi Parwati yang juga memiliki anak autis, dan Windy Aryadewi yang memiliki anak tuna rungu  membentuk Komunitas Sahabat Difabel.
Dalam mendirikan komunitas ini, Noviana memiliki visi untuk teman-teman difabel yang sering disingkat 3C, Change dengan harapan mereka mampu mengaktualisasi diri untuk bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar, bekerja dan bersosialisasi. Setelah mereka mendapatkan kesempatan, mereka akan menghadapi Challenge dimana saat mereka bertemu banyak orang dari luar mereka akan dihadapi tantangan seperti berkomunikasi, permodalan atau tantangan apapun saat mereka sedang diberikan pelatihan atau suatu kegiatan. Dan yang terakhir adalah Chain. Saat mereka sudah mampu menghadapi tantangan, mereka memiliki rantai dimana mereka mampu mengetahui kemana mereka bisa mengembangkan potensi mereka, dan siapa yang bisa membantu mereka sehingga mereka mampu memiliki jaringan-jaringan baru agar tantangan yang mereka hadapi dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan modal awal mengadakan berbagai macam event dan pelatihan untuk teman-teman difabel, Noviana menemukan orang-orang difabel yang masih belum bergabung dalam komunitas manapun, atau bahkan yang masih disembunyikan oleh orang tuanya karena masih memiliki pikiran bahwa anak difabel tidak bisa melakukan hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Membutuhkan proses yang tidak sebentar dalam meyakinkan orang tua sahabat difabel untuk bisa merubah pola pikir bahwa anak-anak difabel memiliki potensinya masing-masing. Bahkan Noviana pada awalnya harus mendatangi rumah teman-teman difabel satu-satu untuk ikut bergabung dan bersama-sama belajar untuk menggali kelebihan yang mereka miliki.
Memiliki kemampuan untuk mengetahui potensi dari kaum difabel tidaklah semua orang miliki. Ternyata jika di telaah lagi, kaum difabel tidak bisa kita pandang sebelah mata. Bahkan seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi yang ada, tidak membatasi teman-teman difabel untuk berkarya melalui teknologi. Seperti saat itu, Noviana bermimpi untuk memiliki kartu disabilitas dimana kartu tersebut dibuat untuk menandakan ragam disabilitas yang ada dalam komunitas tersebut. Melihat adanya potensi salah satu sahabat difabel bernama Zulfikar yang menyandang penurunan fungsi otot dalam membuat desain, hanya dengan bermodal smartphone yang dimilikinya, kartu difabelpun jadi dari hasil karya sahabat difabel sendiri. Ini menunjukkan bahwa dalam keterbatasan yang mereka miliki, mereka mempunyai kelebihan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Tidak berhenti sampai disitu, mengikuti perkembangan teknologi yang semakin pesat, dengan bermodal jaringan yang Ia miliki, Noviana memanggil guru fotografi dan guru komputer untuk melatih sahabat difabel agar bisa mengembangkan dirinya melalui teknologi juga. Dari kegiatan tersebut pada akhirnya sahabat difabel mampu memanfaatkan teknologi seperti handphone untuk berkarya melalui fotografi. Tidak hanya sebagai simpanan saja, gambar yang sudah diambil oleh sahabat difabel tersebut juga dipublikasikan dalam media sosial yang mereka miliki yang dimana setiap kegiatan yang mereka ikuti akan ditampilkan disana. Bahkan media sosial yang mereka miliki dikerjakan dari sahabat difabel sendiri.
Noviana berharap agar dengan adanya kegitan rutin yang diadakan di Komunitas Sahabat Difabel dapat mengembangkan potensi yang dimiliki sahabat difabel setiap harinya. Dan ketika mereka sudah mengetahui dan mampu mengembangkan bakatnya masing-masing diharapkan dapat mandiri secara finansial dan mengimplementasikan semua yang sudah dibekali dari dalam komunitas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Seleksi Magang Bakti BCA - Customer Service Pembukaan Rekening Online

Sushi Goreng Enak di Ichiban Sushi

Breakfast Mc Donald - Big Breakfast